Puasa merupakan rukun islam keempat yang dilaksanakan selama 30 hari dan dimulai pada waktu terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Kewajiban berpuasa tersurat dalam firman Allah "wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa” (QS. Al Baqarah: 183).
Bagi umat Muslim, manfaat berpuasa telah lama dikenal sejak 1400 tahun yang lalu. Keuntungan ini juga dirasakan oleh bangsa Yunani kuno karena mereka meyakini dengan berpuasa dapat menyehatkan tubuh. Dan sampai saat ini, para ilmuwan ikut menganjurkan berpuasa agar mendapatkan kesehatan fisik dan mental.
Puasa kini menjadi bentuk diet yang popular di kalangan ahli medis berkaitan dengan efek positifnya akibat adanya perubahan pada tingkat selular. Selama berpuasa, tubuh mengalami banyak perubahan biokimia yang ditandai dengan keberadaan molekul-molekul tertentu yang mungkinkan digunakan sebagai biomarker untuk mendiagnosis beberapa penyakit tertentu.
Meningkatkan Laju Neurogenesis di Otak
Menurut Dr. Mark Mattson, seorang profesor neurologi Universitas John Hopkins, bahwa puasa meningkatkan laju neurogenesis di otak.
Neorogenesis merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan dari sel-sel otak dan jaringan saraf, yang dikaitkan dengan fungsi otak terutama peningkatan kinerja, memori, mood dan konsentrasi otak.
This article is continued here Benarkah Puasa Mencegah Anda dari Penyakit Neurodegenartif ?
Menurunkan Berat Badan
Sedikitnya terdapat dua penelitian antara tahun 2015 dan 2017 yang menunjukkan bahwa orang yang melakukan puasa ramadhan dapat mengalami penurunan berat badan, yang dikenali melalui perubahan kadar glukosa darah puasa, profil lipid dan adiponektin. Laporan lain juga menyebutkan bahwa puasa dapat menurunkan berat badan hingga 9%.
Penurunan berat tubuh terjadi seiring menurunnya simpanan lemak tubuh yang terurai melalui proses lipolisis, sebagai bentuk kompensasi ketika kadar glukosa menurun selama periode puasa.
Menunda Penuaan Vaskuler
Setelah 5-12 jam berpuasa, bergantung kadar glukosa yang tersedia, dan ketika glikogen menurun maka tubuh akan meningkatkan tahap ketosis.
Ketosis merupakan proses sekunder lipolisis yang membolehkan asam lemak dilepaskan dari simpanan lemak.
Hati akan mengubah beberapa asam lemak menjadi badan keton berupa aseton, asetoasetat dan beta-hidroksibutirat (BHB). Masing-masing dapat diukur dalam pernafasan, urin atau darah.
Studi terbaru menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan kadar BHB, suatu molekul yang berfungsi dapat memelihara pembuluh darah agar tetap muda.
Membuka Detoksifikasi
Banyak makanan yang dicerna dan diserap ke dalam tubuh kemungkinan mengandung toksin yang juga diserap dan disimpan bersama dalam lemak adiposit di sekitaran tubuh.
Sewaktu berpuasa, glikogen bukan sumber energi yang baik ketika glukosa menurun karena setelah 5-12 jam diduga glikogen akan habis, sehingga tubuh akan membakar lemak adiposit sebagai sumber alternatif energi.
Pembakaran lemak disertai pembukaan proses yang dikenali sebagai detoksifikasi, suatu proses yang melepaskan toksin dari dalam tubuh dengan bantuan hati, ginjal dan organ lainnya. Sehingga tubuh terbebas dari akumulasi toksin. Proses ini juga dikaitkan dengan pelepasan asam urat dan kolesterol ke peredaran darah.
Mempercepat Autofagi
Kehilangan banyak glukosa selama berpuasa dapat mempercepat proses yang dikenal sebagai autofagi.
Autofagi merupakan proses yang dimulai dari identifikasi hingga pelepasan seluruh material sel-sel tua seperti organel, protein dan membran sel. Hal ini terjadi ketika tubuh tidak cukup menyediakan energi untuk mempertahankan sel tersebut.
Autofagi juga memungkinkan daur ulang dan pembaruan sel serta meremajakan mitokondria, sehingga sel tersebut dapat bekerja kembali secara optimal.
Proses ini kemungkinan dapat dikenali dari beberapa perubahan protein antara lain APG5L/ATG5, ATG16L1, ATG4B, ATG9A, Beclin 1, dan LC3B.
Meningkatkan Sistem Pertahanan
Pembakaran lemak dan pelepasan toksin, dapat juga meningkatkan kemampuan tubuh melawan penyakit. Sistem ini selanjutnya dapat didorong saat berbuka puasa dengan buah-buahan, yang menyediakan vitamin dan mineral terutama vitamin A dan E sebagai sumber antioksidan yang baik, sehingga mengurangi aktivitas radikal bebas yang merusak sel.
Sedikitnya terdapat dua penelitian antara tahun 2015 dan 2017 yang menunjukkan bahwa orang yang melakukan puasa ramadhan dapat mengalami penurunan berat badan, yang dikenali melalui perubahan kadar glukosa darah puasa, profil lipid dan adiponektin. Laporan lain juga menyebutkan bahwa puasa dapat menurunkan berat badan hingga 9%.
Penurunan berat tubuh terjadi seiring menurunnya simpanan lemak tubuh yang terurai melalui proses lipolisis, sebagai bentuk kompensasi ketika kadar glukosa menurun selama periode puasa.
Menunda Penuaan Vaskuler
Setelah 5-12 jam berpuasa, bergantung kadar glukosa yang tersedia, dan ketika glikogen menurun maka tubuh akan meningkatkan tahap ketosis.
Ketosis merupakan proses sekunder lipolisis yang membolehkan asam lemak dilepaskan dari simpanan lemak.
Hati akan mengubah beberapa asam lemak menjadi badan keton berupa aseton, asetoasetat dan beta-hidroksibutirat (BHB). Masing-masing dapat diukur dalam pernafasan, urin atau darah.
Studi terbaru menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan kadar BHB, suatu molekul yang berfungsi dapat memelihara pembuluh darah agar tetap muda.
This article is continued here Peran Beta-Hidroksibutirat yang Dihasilkan Tubuh Selama Berpuasa
Membuka Detoksifikasi
Banyak makanan yang dicerna dan diserap ke dalam tubuh kemungkinan mengandung toksin yang juga diserap dan disimpan bersama dalam lemak adiposit di sekitaran tubuh.
Sewaktu berpuasa, glikogen bukan sumber energi yang baik ketika glukosa menurun karena setelah 5-12 jam diduga glikogen akan habis, sehingga tubuh akan membakar lemak adiposit sebagai sumber alternatif energi.
Pembakaran lemak disertai pembukaan proses yang dikenali sebagai detoksifikasi, suatu proses yang melepaskan toksin dari dalam tubuh dengan bantuan hati, ginjal dan organ lainnya. Sehingga tubuh terbebas dari akumulasi toksin. Proses ini juga dikaitkan dengan pelepasan asam urat dan kolesterol ke peredaran darah.
Mempercepat Autofagi
Kehilangan banyak glukosa selama berpuasa dapat mempercepat proses yang dikenal sebagai autofagi.
Autofagi merupakan proses yang dimulai dari identifikasi hingga pelepasan seluruh material sel-sel tua seperti organel, protein dan membran sel. Hal ini terjadi ketika tubuh tidak cukup menyediakan energi untuk mempertahankan sel tersebut.
Autofagi juga memungkinkan daur ulang dan pembaruan sel serta meremajakan mitokondria, sehingga sel tersebut dapat bekerja kembali secara optimal.
Proses ini kemungkinan dapat dikenali dari beberapa perubahan protein antara lain APG5L/ATG5, ATG16L1, ATG4B, ATG9A, Beclin 1, dan LC3B.
Meningkatkan Sistem Pertahanan
Pembakaran lemak dan pelepasan toksin, dapat juga meningkatkan kemampuan tubuh melawan penyakit. Sistem ini selanjutnya dapat didorong saat berbuka puasa dengan buah-buahan, yang menyediakan vitamin dan mineral terutama vitamin A dan E sebagai sumber antioksidan yang baik, sehingga mengurangi aktivitas radikal bebas yang merusak sel.
Menghambat Pertumbuhan Sel-Sel Kanker
Pada saat berpuasa, dimana melibatkan periode waktu tanpa makan dan minum, bisa terjadi penurunan kadar glukosa dalam darah. Sehingga sel normal dapat memetabolisme lemak menghasilkan produk badan keton untuk menyediakan energi, sementara sel kanker tidak dapat mengurai lemak menjadi energi.
Puasa juga menurunkan kesediaan glutamin. Oleh karena itu, berpuasa diklaim membuat sel kanker lebih sulit hidup dibandingkan sel normal.
Meningkatkan Sensitivitas Insulin
Glukosa yang masuk ke dalam sel dengan bantuan insulin, saat itu juga akan diproses menjadi energi atau dapat disimpan untuk penggunaan di kemudian hari.
Setelah beberapa jam waktu puasa, glukosa darah akan menurun. Sel beta pankreas akan berhenti memporoduksi hormon insulin, sebaliknya sel alfa pankreas akan memproduksi hormon glukagon. Hormon ini merupakan sinyal bagi hati untuk mengurai simpanan glikogen sehingga menghasilkan kembali glukosa.
Dengan berpuasa, proses tersebut kurang dapat dikendalikan dan dipertahankan, karena glukosa akan terus menurun digunakan. Ini berarti pankreas juga tidak akan terus-menerus memproduksi insulin. Pada gilirannya, akan mengurangi resistensi insulin sehingga meningkatkan sensitivitas sel terhadapa insulin.
Demikian manfaat berpuasa yang semakin jelas tersurat dalam penggalan surat Al-Baqarah ayat 184"... dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui".
Referensi
Puasa juga menurunkan kesediaan glutamin. Oleh karena itu, berpuasa diklaim membuat sel kanker lebih sulit hidup dibandingkan sel normal.
This article is continued here Puasa Menghambat Pertumbuhan Sel-Sel Kanker
Meningkatkan Sensitivitas Insulin
Glukosa yang masuk ke dalam sel dengan bantuan insulin, saat itu juga akan diproses menjadi energi atau dapat disimpan untuk penggunaan di kemudian hari.
Setelah beberapa jam waktu puasa, glukosa darah akan menurun. Sel beta pankreas akan berhenti memporoduksi hormon insulin, sebaliknya sel alfa pankreas akan memproduksi hormon glukagon. Hormon ini merupakan sinyal bagi hati untuk mengurai simpanan glikogen sehingga menghasilkan kembali glukosa.
Dengan berpuasa, proses tersebut kurang dapat dikendalikan dan dipertahankan, karena glukosa akan terus menurun digunakan. Ini berarti pankreas juga tidak akan terus-menerus memproduksi insulin. Pada gilirannya, akan mengurangi resistensi insulin sehingga meningkatkan sensitivitas sel terhadapa insulin.
This article is continued here Melalui Tropomiosin, Puasa Bantu Penderita Resistensi Insulin
~o0o~
Referensi
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4697050/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5505095/
- https://www.canceractive.com/article/shutting-off-the-cancer-feeding-process
- https://blog.supplysideliberal.com/post/2018/4/3/how-fasting-can-kill-or-slow-down-cancer-cells-while-leaving-normal-cells-unharmed
- https://www.who.int/cancer/en/
- https://www.webmd.com/diabetes/glucose-diabetes
- https://thefoodmedic.co.uk/2018/11/intermittent-fasting/
- https://www.uniprot.org/uniprot/P09493
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/325243.php
- https://www.cleverism.com/10-benefits-of-fasting/
- https://www.abcam.com/autophagy-marker-apg5latg5-atg16l1-atg4b-atg9a-beclin-1-lc3b-antibody-sampler-panel-ab228525.html
- https://www.vocfm.co.za/the-powerful-benefits-of-fasting/
- https://jdmdonline.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40200-015-0183-9
- https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10943-015-0084-8
- https://www.aljazeera.com/news/2019/05/ramadan-2019-health-benefits-fasting-190505051542870.html