Aditif makanan merupakan salah satu bagian penting dari perlengkapan makanan yang memelihara kualitas pangan. Sebagai substansi kimia, aditif makanan dapat ditambahkan pada makanan dan minuman untuk menjaga makanan tetap segar dan awet, memberi tekstur dan warna, meningkatkan cita rasa, dan melindungi dari paparan oksidan.
Berdasarkan laporan Food Navigator (2014), sebuah hasil penelitian terhadap paradigma tentang aditif makanan menunjukkan bahwa partisipan cenderung memilih faktor persepsi dibandingkan faktor manfaat kesehatan. Hal ini sebaiknya menjadi alasan bagi pakar produksi untuk terbuka dalam menunjukkan manfaat kesehatan dari aditif makanan. Selain itu, peranaan aditif makanan terutama efek jangka panjang mereka masih sangat kurang dipahami.
Ribuan aditif makanan dapat diperoleh baik secara alami maupun sintetis, sehingga keberadaanya yang luas ini dapat menjadi indikasi untuk lebih memperhatikan penggunannya yang dapat menimbulkan resiko yang tidak diinginkan terutama dampak negatif bagi kesehatan.
Titanium dioksida (TiO2), disebut juga titanium (IV) oksida, merupakan salah satu jenis aditif makanan yang muncul secara alami dan dimanfaatkam secara luas sebagai pewarna makanan. Pada tahun 2014, senyawa ini diproduksi sebanyak lebih dari 9 juta metrik ton di seluruh belahan dunia. Titanium oksida ditemukan pada lebih dari 900 produk makanan yang dikonsumsi setiap hari.
Menurut postingan dari Science Daily (2019) bahwa para peneliti asal Universitas Sidney telah mengungkap dampak titanium dioksida pada makanan yang memiliki pengaruh yang besar dan berbahaya terhadap kesehatan manusia. Penelitian ini dilakukan dengan pemberian minuman yang mengandung titanium oksida pada tikus jantan. Hasil studi menunjukkan adanya interaksi antara titanium oksida dan bakteri pada usus yang memungkinkan timbulnya gangguan mikrobiota usus sehingga bisa menyebabkan inflamasi pada pencernaan dan kanker kolorektal.
Riset yang kini dimuat ke dalam jurnal Frontiers in Nutrition, juga menemukan pelepasan metabolit bakteri secara in vivo melalui formasi biofilm. Selain itu, adanya penurunan ekspresi gen kolonik musin 2 dan peningkatan ekspresi gen defensin beta, yang mengindikasikan TiO2 secara signifikan mengganggu homeostasis usus.
Peneliti tersebut menegaskan perlunya riset lebih lanjut tentang bagaimana TiO2 dikombinasikan dengan aditif makanan lain, kemudian mempengaruhi kesehatan manusia. Riset semacam itu lebih baik memberi tahu peraturan penambahan makanan TiO2 tersebut dan dengan demikian dapat mengurangi jumlah penyakit yang tidak menular yang berkaitan dengan gaya hidup barat.
Konsumsi Titanium dioksida sangat meningkat dalam satu dekade terakhir dan telah dikaitkan dengan beberapa kondisi medis, dan meskipun telah disetujui dalam makanan, tidak ada bukti yang cukup tentang keselamatan.
Referensi